KERAGAMAN BANGSA INDONESIA
DAN POTENSI KONFLIK
BAB I
LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya
alam dan memiliki keberagaman suku,agama,ras,budaya dan bahasa daerah.
Indonesia meliliki lebih dari 300 suku bangsa. Dimana setiap suku bangsa
memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain.asuku bangsa
merupakan bagian dari suatu negara. Dalam setiap suku bangsa terdapat
kebudayaan yang berbeda-beda.selain itu masing-masing suku bangsa juga memiliki
norma sosial yang mengikat masyarakat di dalamnya agar ta’at dan melakukan
segala yang tertera didalamnya. Setiap suku bangsa di indonesia memiliki
norma-norma sosial yang berbeda-beda. Dalam hal cara pandang terhadap suatu
masalah atau tingkah laku memiliki perbedaan. Ketika terjadi pertentangan antar
individu atau masyarakat yang berlatar belakang suku bangsa yang berbeda,mereka
akan mengelompok menurut asal-usul daerah dan suku bangsanya (primodialisme).
Itu menyebabkan pertentangan\ketidakseimbangan dalam suatu
negara(disintegrasi).Secara umum, kompleksitas masyarakat majemuk tidak hanya ditandai
oleh perbedaan-perbedaan horisontal, seperti yang lazim kita jumpai pada
perbedaan suku, ras, bahasa, adat-istiadat, dan agama. Namun, juga terdapat
perbedaan vertikal, berupa capaian yang diperoleh melalui prestasi
(achievement). Indikasi perbedaan-perbedaan tersebut tampak dalam strata sosial
ekonomi, posisi politik, tingkat pendidikan, kualitas pekerjaan dan kondisi
permukiman.
Sedangkan perbedaan horisontal diterima sebagai
warisan, yang diketahui kemudian bukan faktor utama dalam insiden kerusuhan
sosial yang melibatkan antarsuku. Suku tertentu bukan dilahirkan untuk memusuhi
suku lainnya. Bahkan tidak pernah terungkap dalam doktrin ajaran mana pun di
Indonesia yang secara absolut menanamkan permusuhan etnik.
Sementara itu, dari perbedaan-perbedaan vertikal,
terdapat beberapa hal yang berpotensi sebagai sumber konflik, antara lain
perebutan sumberdaya, alat-alat produksi dan akses ekonomi lainnya. Selain itu
juga benturan-benturan kepentingan kekuasaan, politik dan ideologi, serta
perluasan batas-batas identitas sosial budaya dari sekelompok etnik. Untuk
menghindari diperlukan adanya konsolidasi antar masyarakat yang mengalami
perbedaan. Tetapi tidak semua bisa teratasi hanya dengan hal tersebut. Untuk
menuju integritas nasional yaitu keseimbangan antar suku bangsa diperlukan
toleransi antar masyarakat yang berbeda asal-usul kedaerahan. Selain itu faktor
sejarah lah yang mempersatukan ratusan suku bangsa ini. Mereka merasa mempunyai
nasib dan kenyataan yang sama di masa lalu. Kita mempunyai semboyan Bhineka
Tunggal Ika. Yaitu walaupun memiliki banyak perbedaan,tetapi memiliki tujuan
hidup yang sama. Selain itu,pancasila sebagai idiologi yang menjadi poros dan
tujuan bersama untuk menuju integrasi,kedaulatan dan kemakmuran bersama.
Atas uraian-uraian tersebut kami mempunyai ide
untuk membuat makalah yang berjudul “PENGARUH KERAGAMAN SUKU BANGSA TERHADAP
INTEGRITAS BANGSA INDONESIA”. Dalam hal ini kami ingin menguak sisi positif
dalam memulai usaha di bidang perbukuan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 BENTUK KERAGAMAN BUDAYA BANGSA INDONESIA
Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu
“buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari ‘buddhi” (budi atau akal).
Kebudayaan diartikan sebagai hal –hal yang berkaitan dengan budi dan akal.
Sedang dalam bahasa Inggris, kebudayaan dikenal dengan istilah culture yang
berasal dari bahasa Latin “colere”, yaitu mengolah , mengerjakan tanah ,
membalik tanah atau diartikan bertani.
3.1.1 Karakteristik budaya
Budaya memiliki sifat universal, artinya terdapat
sifat-sifat umum yang melekat pada setiap budaya, kapan pun dan dimanapun
budaya itu berada. Adapun sifat itu adalah
a. kebudayaan adalah milik bersama.
b. kebudayaan merupakan hasil belajar.
c. kebudayaan didasarkan pada lambang.
d. kebudayaan terintegrasi.
e. kebudayaan dapat disesuaikan.
f. kebudayaan selalu berubah.
g. kebudayaan bersifat nisbi (relatif).
Dalam kebudayaan juga terdapat pola-pola perilaku
(pattern of behavior) yang merupakan cara-cara masyarakat bertindak atau
berkelakuan yang harus diikuti oleh semua anggota masyarakat tersebut.Adapun
subtansi atau isi utama budaya adalah:.
a. sistem pengetahuan, berisi pengetahuan tentang
alam sekitar, flora dan fauna sekitar tempat tinggal, zat-zat bahan mentah dan
benda-benda dalam lingkungannya, tubuh manusia, sifat-sifat dan tingkah laku
sesama manusia serta ruang dan waktu. .
b. sistem nilai budaya, adalah sesuatu yang
dianggap bernilai dalam hidup.
c. kepercayaan, inti kepercayaan itu adalah usaha
untuk tetap memelihara hubungan dengan mereka yang sudah meninggal.
d. persepsi, yaitu cara pandang dari individu atau
kelompok masyarakat tentang suatu permasalahan.
e. pandangan hidup, yaitu nilai-nilai yang dipilih
secara selektif oleh masyarakat. Pandangan hidup dapat berasal dari norma agama
(dogma), ideologi negara atau renungan atau falsafah hidup individu.
f. etos budaya, yaitu watak khas dari suatu budaya
yang tampak dari luar
3.1.2 Budaya lokal
Budaya lokal merupakan adat istiadat, kebudayaan
yang sudah berkembang (maju) atau sesuatu yang menjadi kebiasaan yang sukar
diubah yang terdapat disuatu daerah tertentu. Budaya lokal umumnya bersifat
tradisional yang masih dipertahankan. Menurut Fischer, kebudayaan – kebudayaan
yang ada di suatu wilayah berkembang disebabkan oleh beberapa faktor antara
lain lingkungan geografis, induk bangsa dan kontak antarbangsa. Dari pendapat
tersebut dapatlah kita kaitkan dengan kebudayaan daerah yang ada di Indonesia
yang memiliki ciri-ciri khusus antarwilayah sehingga beraneka ragam. Van
Volenholen membagi masyarakat Indonesia ke dalam 19 lingkungan hukum adat yang
oleh Koentjoroningrat disebut culture area. Setiap suku memilih mempertahankan
pola-pola hidup yang sudah lama disesuaikan dengan penduduk sekitar mereka.
Lingkungan geografis yang berbeda ada yang di gunung maupun dataran rendah dan
tepi pantai, faktor ilkim dan adanya hubungan dengan suku luar menyebabkan
perkembangan kebudayaan yang beraneka macam.Contoh budaya lokal yang bersifat
abstrak misalnya Kepercayaan Kaharingan (Dayak), Surogalogi (Makasar), Adat
Pikukuh (Badui). Budaya lokal yang bersifat perilaku misalnya tari Tor-tor,
tarian Pakarena, upacara Kasadha (Masyarakat Tengger), upacara ruwatan dengan
menggelar wayang kulit berlakon “Murwokolo” (Masyarakat Jawa), orang Badui
dalam berpakaian putih dan Badui luar berpakaian biru, Bahasa Batak dan
lain-lain . Budaya lokal yang bersifat artefak misalnya rumah Gadang (Sumatera
Barat), tiang mbis ( Suku Asmat), alat musik gamelan (Jawa).
3.1.3 Potensi keberagaman budaya
Walaupun Indonesia menurut Van Volenholen terdiri
dari 19 hukum adat, tetapi pada dasarnya Indonesia terdiri dari ratusan suku
bangsa yang bermukim di wilayah yang tersebar dalam ratusan pulau yang ada di
Inonesia. Tiap suku bangsa ini memiliki ciri fisik, bahasa, kesenian, adat
istiadat yang berbeda. Dengan demikian dapat dikatakan bangsa Indonesia sebagai
negara yang kaya akan budaya. Beberapa aspek keberagaman budaya Indonesia
antara lain suku, bahasa, agama dan kepercayaan, serta kesenian. Kekayaan
budaya ini merupakan daya tarik tersendiri dan potensi yang besar untuk
pariwisata serta bahan kajian bagi banyak ilmuwan untuk memperluas pengetahuan
dan wawasan. Hal yang utama dari kekayaan budaya yang kita miliki adalah adanya
kesadaran akan adanya bangga akan kebudayaan yang kita miliki serta bagaimana
dapat memperkuat budaya nasional sehingga “kesatuan kesadaran “ atau nation
bahwa kebudayaan yang berkembang adalah budaya yang berkembang dalam sebuah
NKRI sehingga memperkuat integrasi. .
Disatu sisi bangsa Indonesia juga mempunyai
permasalahan berkaitan dengan keberagaman budaya yaitu adanya konflik yang
berlatar belakang perbedaan suku dan agama. Banyak pakar menilai akar masalah
konflik ialah kemajemukan masyarakat, atau adanya dominasi budaya masyarakat
yang memilki potensi tinggi dalam kehidupan serta adanya ikatan primordialisme
baik secara vertikal dan horisontal. Disamping itu kesenjangan antara dua
kelompok masyarakat dalam bidang ekonomi, kesempatan memperoleh pendidikan atau
mata pencaharian yang mengakibatkan kecemburuan sosial, terlebih adanya perbedaan
dalam mengakses fasilitas pemerintah juga berbeda (pelayanan kesehatan,
pembuatan KTP, SIM atau sertifikat serta hukum). Semua perbedaan tersebut
menimbulkan prasangka atau kontravensi hingga dapat berakhir dengan konflik.
3.1.4 Karakteristik budaya nasional
Ki Hajar Dewantara mengemukakan kebudayaan
nasional Indonesia adalah puncak-puncak kebudayaan daerah, menurut
Koentjoroningrat kebudayaan nasional Indonesia adalah kebudayaan yang didukung
sebagian besar rakyat Indonesia, bersifat khas dan dapat dibanggakan oleh warga
Indonesia. Wujud budaya nasional.
a. Bahasa, yaitu bahasa Indonesia. Sebagai bahasa
nasional berfungsi sebagai lambang kebangga nasional, lambang identitas
nasional, alat pemersatu berbagai suku bangsa dan alat penghubung antardaerah
dan antar budaya.
b. Seni berpakaian, contohnya adalah pakaian batik
yang menjadi simbol orang Indonesia dan non – Indonesia, serta pakaian kebaya.
c. Perilaku, misalnya gotong royong (walaupun tiap
daerah mempunyai nama yang berbeda, sambatan, gugur gunung,). Selain gotong
royong juga ada musyawarah, misalnya , sistem aipem pada masyarakat Asmat, atau
adanya balai desa tempat musyawarah tiap desa,atau honai, rumah laki-laki suku
Dani serta subak pada masyarakat Bali. Contoh yang lain adalah ramah tamah dan
toleransi.Menurut Dr Bedjo dalam tulisannya memaknai kembali Bhineka Tunggal
Ika dituliskan konsep Bhineka Tunggal Ika berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
66 tahun 1951, juga merujuk pada sumber asalnya yaitu Kitab Sutasoma yang
ditulis oleh Empu Tantular pada abad XIV. Semboyan tersebut merupakan seloka
yang menekankan pentingnya kerukunan antar umat yang berbeda pada waktu itu
yaitu Syiwa dan Budha. Yang terpenting disini adanya wacana baru yang
dikemukakan penulis tentang semboyan bangsa. Bhineka Tunggal Ika juga
ditafsirkan sebagai “Ben Ika Tunggale Ika “ (baca: ben iko tunggale iko, Bahasa
Jawa – red). Kata ‘ben” artinya biarpun, kata ‘ika’ dibaca iko yang artinya
‘itu atau ini’ dengan menunjuk seseorang atau sekelompok orang didekatnya atau
di luar kelompoknya. Kata ‘tunggale’ artinya ‘sadulur’ atau ‘saudara’. Jadi
kalimat diatas dapat dimaknai menjadi: Biarpun yang ini/itu saudaranya yang
ini/itu dan lebih jauh lagi, makna dari Bhineka Tunggal Ika adalah paseduluran
atau persaudaraan. Dengan persaudaraan sebagai sebuah keluarga besar yang
dilahirkan oleh Ibu Pertiwi yang bermakna Indonesia. Jadi memang kerukunan dan
toleransi merupakan akar budaya nasional.
d. Peralatan, banyak sekali peralatan, materi atau
artefak yang menjadi kebanggaan nasional misalnya Candi Borobudur dan
Prambanan, Monas
3.1.5 Hubungan budaya lokal dan budaya nasional.
Budaya lokal yang bernilai positif, bersifat luhur
dapat mendukung budaya nasional. Dalam pembangunan kebudayaan bangsa,
nilai-nilai budaya positif baik budaya daerah perlu dipertahankan dan
dikembangkan karena justru menjadi akar atau sumber budaya nasional. Mengingat
budaya bangsa merupakan “hasil budidaya rakyat Indonesia seluruhnya” maka cepat
lambat pertumbuhannya tergantung kearifan peran serta seluruh masyarakatnya.
Bagaimana peran keluarga, sekolah dan pemerintah menanamkan budaya daerah pada
generasi berikutnya dan kearifan generasi muda dalam melestarikan budaya
daerah.
3.2 PROSES INTEGRASI BANGSA INDONESIA
Menurut Hendropuspito OC dalam bukunya “Sosiologi
Sistematik” istilah integrasi berasal dari kata latin integrare yang berarti
memberikan tempat dalam suatu keseluruhan. Dari kata tersebut menurunkan kata
integritas yang berarti keutuhan atau kebulatan dan integrasi berarti membuat
unsur-unsur tertentu menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh. Secara umum
integrasi diartikan sebagai pernyataan secara terencana dari bagian-bagian yang
berbeda menjadi satu kesatuan yang serasi. Kata integrasi berkaitan erat dengan
terbentuknya suatu bangsa, karena suatu bangsa terdiri dari berbagai unsur
seperti suku/etnis, ras, tradisi, kepercayaan dan sebagainya,yang
beranekaragam. Untuk itu integrasi suatu bangsa terjadi karena adanya perpaduan
dari berbagai unsur tersebut, sehingga terwujud kesatuan wilayah, kesatuan
politik, ekonomi, sosial maupun budaya yang membentuk jatidiri bangsa tersebut.
Integrasi bangsa tidak terjadi begitu saja, tetapi memerlukan suatu proses
perjalanan waktu yang panjang yang harus diawali adanya kebersamaan dalam
kehidupan. Kebersamaan tersebut memiliki arti yang luas yaitu kebersamaan
hidup, kebersamaan pola pikir, kebersamaan tujuan dan kebersamaan kepentingan.
Dengan demikian integrasi suatu bangsa dilandasi
oleh cita-cita dan tujuan yang sama, adanya saling pendekatan dan kesadaran
untuk bertoleransi dan saling menghormati. Demikian pula untuk integrasi bangsa
Indonesia. Mengingat Indonesia sebagai bangsa yang majemuk dan memiliki
keanekaragaman budaya. Maka sangat memerlukan proses integrasi, karena dampak
dari kemajemukan ini sangat potensial terjadinya konflik/ pertentangan.
Kecenderungan terjadinya konflik di Indonesia sangatlah besar, untuk itu
hendaknya setiap warga masyarakat di Indonesia harus menyadari dan mempunyai
cita-cita bersama sebagai bangsa Indonesia. Cita-cita bersama sebagai bangsa
Indonesia adalah sederhana tetapi agung yaitu suatu masyarakat dimana semua
golongan dapat hidup rukun. Mengembangkan diri tanpa merugikan golongan lain
dan bahkan membantu mendukung golongan-golongan lain, sehingga terwujud suatu
masyarakat yang adil dan makmur.
Perlu juga disadari bahwa mengejar cita-cita yang
demikian tidaklah mudah, bukan merupakan proses yang sekali jadi, tetapi
membutuhkan waktu yang lama. Dan untuk mencapainya bukan hanya merupakan tugas
orang-orang tertentu atau golongan-golongan tertentu tetapi merupakan tugas
seluruh nation/bangsa yang memiliki solidaritas terhadap kebangsaan Indonesia.
Dalam mengupayakan, memperjuangkan cita-cita yang luhur tersebut diperlukan
pemahaman kondisi, dalam kenyataan pemahaman dari segi-segi budaya dan akhirnya
kebijaksanaan yang didasarkan atas kearifan dan perhitungan sebagai integrasi
dapat terwujud.
Proses integrasi bangsa Indonesia menurut A.
Sartono Kartodirjo dapat dibagi dalam 2 jenis yaitu ; pertama, integrasi
geopolitik yang dimulai sejak jaman prasejarah sampai awal abad 20, dan kedua,
proses integrasi politik kaum elite sejak awal abad 20 sampai jaman Hindia
Belanda berakhir.
Dalam proses integrasi geo politik di Indonesia
mulai menonjol pada awal abad 16 dan dalam proses integrasi bangsa Indonesia
tersebut banyak faktor yang berperan antara lain pelayaran dan perdagangan antar
pulau serta adanya bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan. Para
pedagang-pedagang Islam mejadi motor penggerak terjadinya proses integrasi, hal
ini karena dalam ajaran Islam tidak membedakan manusia baik berdasarkan kasta,
agama, suku/etnis atau golongan. Bagi pedagang-pedangan Islam yang terpenting
adalah perdagangan yang saling menguntungkan. Dengan adanya hal tersebut maka
mempermudah hubungan dan komunikasi suku bangsa yang berada di Nusantara.
Sedangkan integrasi kaum elite yang berkembang
pada awal abad 20 yang berperan adalah pendidikan karena dengan pendidikan
lahirlah golongan intelektual Indonesia yang menyadari nasib bangsanya sehingga
berusaha mengembangkan wawasan integral kebangsaan. Untuk itu integrasi politik
kaum elite merupakan tulang punggung gerakan Nasionalisme Indonesia. Melalui
gerakan nasionalisme maka lahirlah integrasi nasional bangsa Indonesia sampai
sekarang.
3.3 Pentingnya Persatuan dalam Keragaman
Di sekitar tempat tinggalmu, mungkin ada yang
menjumpai sejumlah suku bangsa, tidak hanya satu suku bangsa. Mengapa demikian?
Indonesia
negara kesatuan. Hubungan antarpulau sudah terjadi
sejak zaman dahulu. Ketersediaan angkutan laut sangat memudahkan hubungan
antarpulau.
Banyak suku bangsa dari satu pulau pindah ke pulau
yang lain. Mereka menetap di tempat yang baru. Jadilah penduduk setempat.
Kemudian menjadi penduduk desa atau kelurahan, kecamatan dan kabupaten atau
kotamu. Ada juga program transmigrasi yang menyebabkan bercampurnya
suatu suku bangsa asli dengan suku pendatang. Masing-masing
dari mereka memiliki budaya yang berbeda. Tidak hanya budaya, agama mereka pun
juga mungkin berbeda. Suatu tempat yang terdapat suku dan budaya yang beragam
tentunya sangat rawan dan dapat menyulut adanya perpecahan antarsuku. Namun
ternyata hal ini tidak terjadi karena bangsa Indonesia memegang teguh semboyan
Bhineka Tunggal Ika. Bhinneka Tunggal Ika berarti berbedabeda tetapi tetap satu
juga. Kata Bhineka Tunggal Ika diambil dari kitab Sutasoma karangan Empu
Tantular, seorang pujangga dari Majapahit. Bunyi selengkapnya adalah Bhineka
Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Semboyan bangsa Indonesia ini tertulis
pada kaki lambang negara Garuda Pancasila. Bhinneka Tunggal Ika merupakan alat
pemersatu bangsa. Untuk itu kita harus benar-benar memahami maknanya. Negara
kita juga memiliki alat-alat pemersatu bangsa yang lain, yakni:
1. Dasar Negara Pancasila
2. Bendera Merah Putih sebagai bendera kebangsaan
3. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan
bahasa persatuan
4. Lambang Negara Burung Garuda
5. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
6. Lagu-lagu perjuangan
Masih banyak alat-alat pemersatu bangsa yang
sengaja diciptakan agar persatuan dan kesatuan bangsa tetap terjaga. Bisakah
kamu menyebutkan yang lainnya? Persatuan dalam keragaman memiliki arti yang sangat
penting. Persatuan dalam keragaman harus dipahami oleh setiap warga masyarakat
agar dapat mewujudkan hal-hal sebagai berikut :
1. Kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang
2. Pergaulan antarsesama yang lebih akrab
3. Perbedaan yang ada tidak menjadi sumber masalah
4. Pembangunan berjalan lancar
Adapun sikap yang perlu dikembangkan untuk
mewujudkan persatuan dalam keragaman antara lain:
1. Tidak memandang rendah suku atau budaya yang
lain
2. Tidak menganggap suku dan budayanya paling
tinggi dan paling baik
3. Menerima keragaman suku bangsa dan budaya
sebagai kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya
4. Lebih mengutamakan negara daripada kepentingan
daerah atau suku masing-masing
Kita mesti bangga, memiliki suku dan budaya yang
beragam. Keragaman suku dan budaya merupakan kekayaan bangsa yang tak ternilai
harganya. Bangsa asing saja banyak yang berebut belajar budaya daerah kita.
Bahkan kita pun sempat kecolongan, budaya asli daerah kita diklaim atau diakui
sebagai budaya asli bangsa lain. Karya-karya putra daerah pun juga banyak yang
diklaim oleh bangsa lain.
3.4 HUBUNGAN KERAGAMAN BUDAYA TERHADAP INTEGRASI BANGSA INDONESIA
Sifat majemuk dari bangsa Indonesia, disamping
merupakan kebanggaan hendaknya pula dilihat bahwa suatu negara dengan
keanekaragaman suku-bangsa dan kebudayaan mengandung potensi konflik. Oleh
karenanya guna menuju suatu integrasi nasional Indonesia yang kokoh, terdapat
berbagai kendala yang harus diperhatikan.
Dalam rangka mempersatukan penduduk Indonesia yang
beranekawarna, Koentjaraningrat (1982:345-346) melihat ada empat masaah pokok
yang dihadapi, ialah
(a) mempersatukan aneka-warna suku-bangsa,
(b) hubungan antar umat beragama,
(c) hubungan mayoritas-minoritas dan
(d) integrasi kebudayaan di Irian Jaya dengan
kebudayaan Indonesia.
Diantara sekitar 210 juta orang penduduk Indonesia
dewasa ini, sulit diketahui secara pasti distribusi jumlah dari masing-masing
suku-bangsa.
Terakhir kalinya, Sensus Penduduk di Indonesia
yang memuat items suku-bangsa adalah yang dilakukan oleh pemerintah kolonial
Hindia Belanda; yang hasilnya dimuat dalam Volkstelling (1930). Sensus Penduduk
Indonesia yang dilakukan pada 1970 dan dalam dasawarsa berikutnya, tidak
mencantumkan items suku-bangsa. Mengingat hal tersebut, ada kesulitan untuk
mengetahui secara pasti laju pertumbuhan penduduk berdasarkan suku-bangsa dan
distribusi mereka. Sekalipun demikian, ada pula berbagai usaha untuk mengetahui
hal di atas, antara lain pernah dicoba oleh Pagkakaisa Research (1974), antara
lain disebutkan bahwa suku-bangsa bahwa Jawa mencapai 45,8 % dari total
penduduk Indonesia pada 1974 (sekitar 120.000.000 orang). Berbagai distribusi
penduduk Indonesia berdasarkan suku-bangsa ialah Sunda (14,1 %), Madura (7,1
%), Minangkabau (3,3 %), Bugis (2,5 %), Batak (2,0 %), Bali (1,8 %), 24
suku-bangsa lainnya (20,3 %) dan orang Cina (2,7 %). Sementara itu, di kalangan
para pakar masih terdapat perbedaan dalam mengklasifikasikan penduduk di
Indonesia ke dalam suatu konsep suku-bangsa.
Koentjaraningrat (1982:346-347) menilai bahwa
berapakah sebenarnya jumlah suku-bangsa di Indonesia, sampai saat kini masih
sukar ditentukan secara pasti. Hal ini disebabkan ruang lingkup istilah konsep
suku-bangsa dapat mengembang atau menyempit, tergantung subyektivitas. Sebagai
contoh, paling sedikit di Pulau Flores terdapat empat suku-bangsa yang berbeda
bahasa dan adat-istiadatnya, ialah orang Manggarai, Ngada, Ende-Lio dan Sikka.
Namun kalau mereka ada di luar Flores, mereka biasanya dipandang oleh
suku-bangsa lainnya atau mereka mengidentifikasikan dirinya sebagai satu
suku-bangsa, ialah Flores.
Hal ini juga terjadi dikalangan suku-bangsa Dayak
di Pulau Kalimantan. Menurut H.J. Malinckrodt, orang Dayak diklasifikasikan ke
dalam enam rumpun atau stammen ras, ialah Kenya-Kayan-Bahau, Ot Danum, Iban,
Moeroet, Klemantan dan Poenan. Selanjutnnya jika diamati lebih lanjut, di
kalangan orang Dayak Kalimantan ada 405 suku-bangsa yang saling berbeda satu
dengan lainnya. Jika mereka berada di luar Pulau Kalimantan, orang lain
menyebut mereka dan mereka sendiri mengidentifikasikan dirinya sebagai
suku-bangsa Dayak, akan tetapi di Kalimantan sendiri antara satu dengan yang
lain merasa memiliki perbedaan. Demikian pula hanya di Irian Jaya, berdasarkan
penelitian dari Summer Language Institute, paling tidak terdapat 252
suku-bangsa yang masing-masing memakai bahasa yang berbeda. Mengingat hal
tersebut maka, Koentjaraningrat memandang perlu upaya pendifinisian konsep
suku-bangsa di Indonesia secara ilmiah, antara lain dengan mengambil beberapa
unsur kebudayaan sebagai indikator yang dapat berlaku bagi semua “suku-suku-bangsa”
yang ada di Indonesia..
Upaya untuk memahami keanekaragaman suku-bangsa
dan kebudayaan di Indonesia adalah sekaligus berpretensi pula mengungkapkan
berbagai bentuk interaksi sosial yang terjadi di kalangan suku-bangsa yang
saling berbeda kebudayaannya. Dengan mempelajari proses interaksi sosial yang
terjadi, sekaligus diharapkan akan memberikan pengetahuan tentang proses-proses
sosial di kalangan mereka sehingga akan diketahui segi dinamis dari masyarakat
dan kebudayaan. Berbagai perubahan dan perkembangan masyarakat yang merupakan
segi dinamis adalah akibat interaksi sosial yang terjadi diantara para
warganya, baik orang perorangan, orang dengan kelompok maupun antar kelompok
manusia. Kerjasama (cooperation), persaingan (competition), pertikaian
(conflict), akomodasi (acomodation), asimilasi (assimilation), akulturasi
(acculturation) dan integrasi (integration) merupakan proses-proses sosial yang
perlu diperhatikan dalam rangka studi hubugan antar suku-bangsa, terutama untuk
mempercepat terwujudnya integrasi nasional Indonesia yang kokoh.
Faktor integrasi bangsa Indonesia rasa senasib dan
sepenanggungan serta rasa seperjuanagan di masa lalu ketika mengalami
penjajahan. Penjajahan menimbulkan tekanan baik mental ataupun fisik. Tekanan
yang berlarut-larut akan melahirkan reaksi dari yang ditekan ( di jajah ).
Sehingga muncul kesadaran ingin memperjuangkan kemerdekaan. Dengan kesadaran
ini, maka keberagaman suku atau golongan yang ada di Indonesia tidak
dipermasalahkan semuanya bersatu, berjuang untuk merdeka. Sehingga terbentuklah
negara Kesatuan Republik Indonesia dengan semboyannya Bhineka Tunggal Ika.
Selain itu, sumpah pemuda merupakan salah satu faktor integrasi bangsa karena
isinya adalah persatuan yaitu berbangsa satu, bertanah air satu dan berbahasa
satu Indonesia.
Faktor disintegrasi bangsa di antaranya ialah
negara yang berbentuk kepulauan yang dipisahkan oleh lautan, sehingga akan
memunculkan sikap ingin menguasai daerah sendiri dan tidak mau diatur.Kemudian
keberagaman suku, ras, agama bisa memicu disintegrasi bangsa, karena setiap
golongan pasti mempunyai budaya, watak, dan adat yang berbeda dan yang pasti
mereka masing-masing mempunyai ego kesukuan ( Chauvinisme ) sehingga kan mudah
konflik dengan suku-suku yang lain. Faktor disintegrasi yang lain ialah rasa
ketidakadilan yang memicu pemberontakan kepada yang berbuat tidak adil. Jika
pemerintah Indonesia tidak berbuat adil pada setiap daerah yang ada di
Indonesia maka akan menimbulkan rasa ketidakpuasan dari masyarakat yang
berdomisili di daerah tersebut, sehingga pada akhirnya ada keinginan untuk
memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kemajemukan bangsa Indonesia yang meliputi bahasa,
budaya,suku, agama dan ras, bisa menjadi daya integrasi maupun disintegrasi
bangsa kita. Seperti yang kita ketahui, dengan bahasa persatuan yaitu bahasa
Indonesia kita dapat berkomunikasi antar suku dan ras sehingga hubungan akan
terjalin dengan baik dan dapat mempererat persaudaraan sebagai satu bangsa
besar yaitu bangsa Indonesia. Selain itu, keragaman antar budaya termasuk
bahasa akan saling melengkapi satu sama lainnya menjadi kebudayaan nasional
yang akan menjadi kebanggaan semua suku dan ras yang ada di Indonesia..
Dan yang ke dua, kemajemukan bangsa kita juga
dapat menjadi daya disintegrasi bangsa karena dengan keragaman itu, rentan
sekali terhadap konflik antar suku dan daerah, terutama masalah agama seperti
yang terjadi akhir-akhir ini di kawasan timur Indonesia. Selain faktor
kemajemukan budaya, penyebab disintegrasi bangsa Indonesia juga terpicu oleh
sentralisasi pembangunan yang selama ini lebih terfokus di pulau Jawa, sehingga
menyebabkan kesenjangan dan kecemburuan dari daerah lain, sehingga timbul
keinginan untuk memisahkan diri dari NKRI.
Yang bisa menjadi faktor integrasi bangsa adalah
semboyan kita yang terkenal yaitu bhineka tunggal ika, dimana kita
terpisah-pisah oleh laut tetapi kita mempunyai ideologi yang sama yaitu
pancasila.sedangkan yang menjadi faktor desintegrasi bangsa adalah kurang
adanya rasa nasionalisme yang tinggi, kurangnya rasa toleransi sesama bangsa,
campur tangan pihak asing dalam masalah bangsa.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Di tengah arus reformasi dewasa ini, agar selamat
mencapai Indonesia Baru, maka ideologi yang harus lebih diingat-ingat dan
dijadikan landasan kebijakan mestinya harus berbasis pada konsep Bhinneka
Tunggal Ika. Artinya, sekali pun berada dalam satu kesatuan, tidak boleh
dilupakan, bahwa sesungguhnya bangsa ini berbeda-beda dalam suatu kemajemukan.
Maka, Indonesia Baru yang kita citakan itu, hendaknya
ditegakkan dengan menggeser masyarakat majemuk menjadi masyarakat
multikultural, dengan mengedepankan keBhinnekaan sebagai strategi integrasi
nasional. Namun, jangan sampai kita salah langkah, yang bisa berakibat yang
sebaliknya: sebuah konflik yang berkepanjangan. Harus disadari, bahwa merubah
masyarakat majemuk ke multukultural itu merupakan perjuangan panjang yang
berkelanjutan.
SARAN
Untuk menjaga keharmonisan integrasi bangsa
Indonesia,perlu lebih di tingkatkan toleransi antar masyarakat yang mempunyai
tingkat keanekaragaman yang sangat tinggi. Selain itu perlu adanya control
nasional untuk menjaga keseimbangan nasional.